Kedua orang tuaku termasuk manusia ciptaan Tuhan yang suka binatang. Dan aku sepertinya bukan perpaduan dari keduanya. Tidak seperti kedua orang tuaku yang lihai melihara berbagai macam ikan dan berbagai macam unggas, aku bahkan teriak ketakutan kalo bersentuhan langsung sama ikan. Tapi belakangan ini aku tertarik sama spesies dari genus burung hantu terbesar yang namanya Bubo Sumatranus. Pengen banget melihara Bubo Sumatranus yang super unyu tapi nggak yakin gimana cara meliharanya. Mungkin aku harus belajar dulu (kayanya lebih bersemangat belajar ginian deh daripada belajar buat UAS) hahaha eh tapi kalo asal melihara dan mati sia-sia kan sayang soalnya itu burung harganya buset super mahal, lebih mahal daripada Asus Zenfone 4. Dan Bubo Sumatranus kan juga bernyawa, dia idup, dia bernafas dan dia nggak layak dipelihara oleh seseorang yang super tolol bahkan nggak berani megang makanan kesayangan si Bubo ini. Selebihnya tentang si Bubo Sumatranus ada penjelasannya dibawah, itu ngopi dari artikel tapi lupa sumbernya darimana.
![]() |
Nih dia yang super unyu, keren kan kalo dia nangkring dipundaknya Jati |
Ciri lain dari burung hantu ini adalah iris matanya yang berwarna coklat tua, sehingga bola mata terlihat hitam seluruhnya, matanya yang berukuran besar serta ukuran pupil yang berdiameter lebar membantu burung ini ketika berburu di malam yang gelap, mata besar mereka memiliki tipe tubular serta memiliki sel-sel batang yang lebih berkembang daripada sel kerucut, mengingat fungsi dari sel-sel kerucut adalah untuk membantu melihat warna-warna pada keadaan banyak cahaya, sedangkan burung hantu ini berburu di malam yang gelap dengan cahaya yang sangat minimum, sehingga sel batang sangat membantu memanfaatkan cahaya yang sangat minim yang masuk ke mata. Selain itu, mata dari umumnya burung hantu memiliki posisi yang menghadap ke depan, ini memberikan fokus binokular yang baik layaknya manusia, serta didukung pula dengan "facial disc" atau bulu-bulu wajah yang menyerupai piringan, ini berfungsi seperti radar yang menangkap sinyal, dan sinyal itu berupa suara yang ditimbulkan dari mangsa. Suara yang datang akan lebih difokuskan oleh bulu-bulu di muka, kemudian diterima oleh lubang telinga. Perlu diketahui bahwa lubang telinga dari burung hantu memiliki posisi yang tidak sejajar (salah satu lebih tinggi), hal ini memberikan keuntungan bagi burung hantu, dimana suara yang datang memiliki waktu yang berbeda, dengan begitu burung hantu dapat mengetahui dengan tepat lokasi mangsanya.
Bubo sumatranus memiliki suara yang berbeda-beda, seperti ketika dalam kondisi biasa (bukan suara panggilan terhadap sesamanya) akan berbunyi "eeeaaaak" dengan nada yang lumayan tinggi, dan dalam periode waktu antara 30-40 detik dari satu teriakan ke teriakan berikutnya. Berbeda halnya ketika burung ini mencapai dewasa kelamin dan pada saat musim kawin, Bubo sumatranus akan berbunyi seperti ayam yang sedang bertelur "kokokokok", sambil membuka sayapnya seperti posisi defensif. Dewasa kelamin dari Bubo sumatranus dimulai pada usia >2tahun, atau sekitar 3 tahun-an. Pada bulan-bulan tertentu jika burung ini telah mencapai dewasa kelaminnya, maka dia akan menunjukkan bunyi dan tingkahnya seperti yang telah disebutkan.
Bubo sumatranus tersebar mulai dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali dan Malaysia, Brunei, Myanmar, Singapore, Thailand.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar