Alkisah di negeri Oya atau sebagian orang mengenalnya dengan kota Ata yang dahulunya nyaman sejuk segar dan penuh dengan kepedulian tanpa keributan, hidup manusia berambut kuda berjenggot kambing bernama Cagi, badan kurusnya menjadikan tulang rusuknya mengecap bentuk garis-garis seperti pagar didadanya, perutnya six pack dan bentuk kepalanya sedikit seperti bentuk limas segitiga terbalik. Cagi hidup ditengah masyarakat medioker yang notabene sangat bangga dengan kepopuleran, meskipun tidak semuanya begitu, sebagian besar manusia disekitar Cagi mementingkan eksistensi dan gaya hidup, selebihnya mereka sangat mementingkan komentar orang lain tentang diri mereka. Manusia-manusia di sekitar Cagi tidak begitu peduli apa yang akan terjadi semenit atau dua menit kemudian, yang penting detik ini harus tampak menawan dan rupawan. Sampai-sampai ada beberapa jenis teman Cagi yang takut keluar rumah hanya karena warna bajunya tidak selaras dengan warna kulitnya. Ada jenis teman lainnya yang gendang telinganya alergi bertemu gelombang longitudinal yang bergetar di udara membawa kabar berita aktual tentang keburukannya. Cagi sering merasa bingung dan melontarkan pertanyaan "kenapa" pada dirinya sendiri tapi selalu tidak ada jawaban yang memuaskan karena mungkin Cagi tidak gaul seperti manusia-manusia disekitarnya.
Tetapi Cagi juga punya sedikit teman yang lain, mereka ini jenis teman yang minoritas, mereka ini jenis teman yang aneh, mereka ini jenis teman yang langka dan hampir punah, mereka ini jenis teman yang peduli lingkungan, perhatian pada anak-anak, suka bertukar pikiran, murah senyum, saling tegur sapa, tanpa beban berbuat kebaikan, mudah memaafkan dan saling menolong. Mereka ini adalah teman-teman Cagi yang kuno, teman yang kudet (kurang apdet), berpakaian jadul (jaman dulu), mereka perginya ke pasar tradisional bukan ke pasar bereskalator, nongkrongnya di serambi masjid bukan di kafe, ah nggak keren pokoknya mereka ini tidak gaul sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar